Sabtu, 01 Februari 2014

TEORI BRUNER DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

PSIKOLOGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
TEORI PEMBELAJARAN BRUNER


DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
1.      RERI SEPRINA ANGGRAINI          (1205531)
2.      NADIA ANNISA                                   (1205523)
3.      ELIS MUSLIMAH NURAIDA           (1205555)
4.      RAHMI RAHMA YENI                      (1205526)
5.      AMI                                                         (1205565)
6.      RAHAYU ERITA PUTRI                    (1205515)

DOSEN PEMBIMBING:
DR. ARMIATI, M.Pd





JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013
TEORI BRUNER
1.      Mengenai Pendidikan
Burner mengemukakan empat hal yang penting mengenai pendidikan, yaitu:
a.       Pentingnya struktur pengetahuan.
Kurikulum hendaknya mementingkan struktur pengetahuan, karena struktur yang dimiliki guru dapat membantu siswa untuk melihat bagaimana fakta-fakta yang kelihatannya tidak ada hubungan, dapat dihubungkan satu dengan yang lainnya dengan informasi yang telah dimiliki siswa.

b.      Pentingnya kesiapan (readliness) dalam belajar
Kesiapan terdiri atas penguasaan keterampilan-keterampilan sederhana, yang dapat membantu seseorang untuk mencapai keterampilan-keterampilan yang lebih tinggi. Misalnya, untuk belajar geometri Euclid, siswa diberikan kesempatan untuk membangun konstruksi-konstruksi yang semakin kompleks dengan menggunakan polygon-poligon.

c.       Pentingnya menekankan nilai instiusi dalam proses pendidikan
Dengan menggunakan intuisi, teknik-teknik intelektual dapat sampai pada formulasi-formulasi tentative (masih dapat berubah-ubah) tanpa melalui langkah-langkah analitis untuk mengetahui apakah formulasi itu merupakan kesimpulan-kesimpulan yang sahih atau tidak.

d.      Pentingnya motivasi atau keinginan dalam belajar
Guru sebaiknya menyediakan cara-cara untuk merangsang motivasi siswa. Contohnya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam menghadapi alamnya. Pengalaman belajar semacam ini merupakan contoh pengalaman belajar penemuan yang intuitif.

2.      Model dan Kategori
Pendekatan Bruner dalam belajar didasarkan pada dua asumsi, yaitu:
a.       Perolehan pengetahuan
Bruner yakin bahwa seseorang yang belajar berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif, maka perubahan tidak hanya terjadi pada lingkungan, tetapi juga dalam orang itu sendiri.
b.      Model alam (model of the wold)
Orang mengkonstruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang baru dengan informasi yang diperoleh sebelumnya.dengan model ini, orang dapat menyusun hipotesis untuk memasukkan pengetahuan baru kedalam struktur-strukturnya dengan memperluas struktur-struktur itu atau dengan mengembangkan struktur atau substruktur baru, dan untuk mengembangkan harapan-harapan tentang apa yang akan terjadi.
Dalam berinteraksi dengan lingkungan, orang mengembangkan model dalam (inner mode) atau system koding untuk menyajikan alam sebagaimana yang diketahuinya. Pendekatan Bruner dalam belajar dapat diuraikan sebagai suatu pendekatan kategorisasi. Bruner beranggapan bahwa semua interaksi-interaksi kita dengan alam melibatkan kategori-kategori yang dibutuhkan bagi pemfungsian manusia. Dengan adanya system kategori, manusia dapat mengenal objek-objek baru. Hal ini dikarenakan objek-objek baru memiliki kemiripan dengan objek-objek yang telah ada dalam sistemsistem kode manusia. Manusia dapat mengklasifikasikan dan memberikan cirri-ciri tertentu pada benda-benda atau gagasan-gagasan baru. Dalam kenyataannya, jika seseorang dihadapkan dalam suatu benda baru dan tidak dapat mengkategorisasikannya dengan cara-cara tertentu, ia tidak dapat menentukannya, dan tidak dapat menempatkannya di dalam system penyimpanan.
Dari uraian di atas dapat didimpulkan bahwa belajar merupakan pengembangan kategori-kategori dan pengembangan suatu system pengkodean. Berbagai kategori-kategori saling berkaitan sedemikian rupa, sehingga setiap individu mempunyai model yang unik tentang alam. Dalam model ini, belajar baru dapat terjadi jika mengubah model itu. Hal ini terjadi melalui pengubahan kategori-kategori, menghubungkan kategori-kategori atau dengan menambah kategori-kategori baru.
3.      Belajar sebagai proses kognitif
Bruner mengemukakan, bahwa belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan, yaitu:
a.       Memperoleh informasi baru
b.      Transformasi informasi
c.       Menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan
Bruner menyebut pandangannya tentang belajar atau pertumbuhan kognitif sebagai konseptualisme instrumental. Pandangan ini berpusat pada dua prinsip, yaitu:
a.       Pengetahuan seseorang tentang alam didasarkan pada model-model tentang kenyataan yang dibangunnya
b.      Model-model tersebut mula-mula di adopsi dari kebudayaan seseorang, kemudian diadaptasikan pada kegunaan bagi orang bersangkutan.
Persepsi seseorang tentang suatu peristiwa merupakan suatu proses konstruktif. Dalam menyusun hipotesis, seseorang menghubungkan data indranya pada model yang telah disusunnya tentang alam, lalu menguji hipotesisnya terhadap sifat-sifat tambahan dari peristiwa itu. Jadi, seseorang pengamat tidak dipandang sebagai organism reaktif yang pasif, tetapi sebagai seseorang yang memilih informasi secara aktif, dan membentuk hipotesis perceptual.
Pendewasaan pertumbuhan intelektual atau kognitif seseorang, yaitu:
a.       Pertumbuhan intelektual ditunjukkan oleh bertambahnya ketidaktergantungan respons dari sifat-sifat stimulus.
b.      Pertumbuhan intelektual tergantung pada bagaimana seseorang menginternalisasi peristiwa-peristiwa menjadi suatu system simpanan (storage system) yang sesuai dengan lingkungannya.
c.       Pertumbuhan intelekual menyangkut peningkatan kemampuan seseorang untuk berkata pada dirinya sendiri atau pada orang lain, dengan pertolongan kata-kata dan symbol-simbol, mengenai apa yang telah dilakukannya atau akan dilakukannya.
Hampir semua orang dewasa menggunakan tiga system keterampilan untuk menyatakan kemampuan-kemampuannya secara sempurna. Ketiga system keterampilan tersebut adalah tiga cara penyajian (modes of presentation), yaitu:
a.       Enaktif
Cara penyajian efektif ialah melalui tindakan, sehingga bersifat manipilatif. Dengan cara ini seseorang mengetahui suatu aspek dari kenyataan tanpa menggunakan pikiran atau kata-kata.
b.      Ikonik
Cara penyajian ikonik didasarkan atas pikiran internal. Pengetahuan disajikan melalui sekumpulan gabar-gambar yang mewakili suatu konsep, tetapi tidak mendefinisikan konsep secara keseluruhan.
c.       Simbolik
Mendekati masa adolesensi, bahasa menjadi makin penting sebagai suatu media berpikir. Seseorang mencapai suatu transisi dari penggunaan penyajian ikonik yang didasarkan pada penginderaan ke penggunaan penyajian simbolik yang didasarkan pada system berpikir abstrak, arbitrer, dan lebih fleksibel.

4.      Belajar penemuan (discovery learning)
Belajar penemuan merupakan pencarian pengetahuan secara aktif sehingga memberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yag benar-benar bermakna. Bruner menyarankan siswa hendaknya belajar konsep dan prinsip, serta dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan melakukan melakukan eksperimen-eksperimen untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri.
Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan beberapa keunggulan. Pertama, pengetahuan tersebut lama dapat diingat atau lebih mudah diingat, bila dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari dengan cara-cara lain. Kedua, hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik dari pada hasil belajar lainnya. Ketiga, secara menyeluruh belajar penemuan dapat meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas.
Belajar penemuan yang murni memerlukan waktu yang lebih banyak. Bruner menyarankan agar penggunaan belajar penemuan ini hanya diterapkan sampai batas-batas tertentu, yaitu dengan mengarahkannya pada struktur bidang studi. Struktur suatu bidang studi terutama diberikan oleh konsep-konsep dasar dan prinsip-prinsip dari bidang studi itu. Bila seseorang telah menguasai struktur dasar, maka tidak sulit baginya untuk mempelajari bahan pelajaran lain dalam bidang studi yang sama, dan ia akan lebih mudah ingat akan bahan baru itu. Hal ini disebabkan karena ia telah memperoleh kerangka pengetahuan yang bermakna, yang dapat digunakannya untuk melihat hubungan-hubungan yang esensial dalam bidang studi itu dan dengan demikian dapat memahami hal-hal yang mendetail.
Menurut Bruner, mengerti struktur suatu budang studi ilah memahami bidang studi tersebut sedemikian rupa sehingga dapat menghubungkan hal-hal lain pada struktur itu secara bermakna.

C.    Teori Pengajaran Bruner
Suatu teori pengajaran hendaknya meliputi:
1.      Pengalaman-pengalaman optimal bagi siswa untuk dapat belajar
Kondisi untuk aktivasi ialah adanya suatu tingkat ketidaktentuan yang optimal. Keingintahuan merupakan suatu respons terhadap ketidaktentuan dan kesangsian. Suatu tugas yang begitu terperinci menghendaki sedikit penyelidikan; tugas yang begitu tidak tentu dapat menimbulkan kebingungan dan kecemasan, dengan akibat mengurangi penyelidikan.
Setelah penyelidikan teraktifkan, situasi ini dipelihara dengan membuat resiko seminim mungkin dalam penyelidikan itu. Belajar dengan pertolongan guru seharusnya kurang mengambil resiko dibandingkan dengan belajar sendiri. Ini berarti, bahwa akibat membuat kesalahan, menyelidiki alternative-alternatif yang benar dengan sendirinya besar.
Arah penyelidikan tergantung pada dua hal yang saling berkaitan, yaitu tujuan dari tugas yang diberikan sampai batas-batas tertentu harus diketahui, dan sampai berapa jauh tujuan itu telah tercapai pun harus diketahui.

2.      Penstrukturan pengetahuan untuk pemahaman optimal
Struktur  suatu domain pengetahuan mempunyai tiga ciri, dan setiap ciri mempengaruhi kemampuan siswa untuk menguasainya. Ketiga ciri itu adalah cara penyajian, ekonomi, dan kuasa (power). Cara penyajian, ekonomi, dan kuasa, berbeda bila dihubungkan dengan usia,”gaya” para siswa, dan macam bidang studi. Cara penyajian itu yaitu enaktif, ikonik, dan simbolik telah dijelaskan sebelumnya.
Ekonomi dalam penyajian pengetahuan dihubungkan dengan sejumlah informasi yang dapat disimpan dalam pikiran, dan proses untuk mencapai pemahaman. Semakin banyak jumlah informasi yang harus dipelajari siswa untuk memahami sesuatu atau untuk menangani suatu masalah, maka semakin banyak langkah-langkah yang harus ditempuh dalam memproses informasi untuk mencapai suatu kesimpulan, dan makin kurang ekonomi. Ekonomi dapat berubah dengan cara penyajian. Ekonomi semakin meningkat dengan menggunakan diagram atau gambar. Kuasa dari suatu penyajian dapat juga diterangkan sebagai kemampuan penyajian itu untuk menghubungkan hal-hal yang kelihatannya sangat terpisah-pisah.

3.      Perincian urutan-urutan penyajian materi pelajaran secara optimal
Dalam mengajar, siswa dibimbing melalui pernyataan-pernyataan dari suatu masalah atau sekumpulan pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menerima, mengubah, dan mentransfer apa yang telah dipelajarinya. Jadi, urutan materi pelajaran dalam suatu domain pengetahuan mempengaruhi kesulitan yang dihadapi siswa dalam mencapai penguasaan.
Biasanya ada berbagai urutan yang setara dalam kemudahan dan kesulitan siswa. Tidak ada satu urutan khas bagi semua siswa dan urutan yang optimal tergantung pada berbagai faktor. Misalnya belajar sebelumnya, tingkat perkembangan anak, sifat materi pelajaran dan perbedaan individu.
Dikemukakan oleh Bruner, bahwa perkembangan intelektual bergerak dari penyajian enaktif ke penyajian simbolik. Karena itu urutan optimum materi pelajaran juga mengikuti arah yang sama.

4.      Bentuk dan pemberian reinforcement
Dalam teorinya, Bruner mengemukakan bahwa bentuk hadiah atau pujian dan hukuman harus dipikirkan. Demikian pula bila ujian atau hukuman itu diberikan selama proses belajar dan mengajar. Secara intuisif, jelas bahwa selama proses pembelajaran berlangsung, hadiah ekstrinsik bergeser ke hadiah intrinsik. Sebagai hadiah ekstrinsik misalnya, berupa pujian dari guru, sedangkan hadiah intrinsik timbul karena berhasil memecahkan masalah. Demikian pula ada kalanya hadiah yang diberikan secara langsung, harus diganti dengan hadiah yang pemberiannya harus ditunda atau ditangguhkan. Perlu diperhatikan ketepatan waktu pergeseran dari hadiah ekstrinsik ke hadiah intrinsik, dari hadiah intrinsik ke hadiah ekstrinsik, dan dari hadiah langsung ke hadiah yang ditangguhkan.



D.    Implikasi dalam Pembelajaran Matematika
Bruner dalam teorinya menyatakan bahwa belajar matematika akan berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep dan struktur-struktur yang terbuat dalam pokok bahasan yang diajarkan, disamping hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur. Dengan mengenal konsep dan struktur yang tercakup dalam bahan yang sedang dibicarakan, anak akan memahami materi yang harus dikuasainya itu. Ini menunjukkan bahwa materi yang mempunyai suatu pola atau struktur tertentu akan lebih mudah dipahami dan diingat.
Melalui teorinya, Bruner mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya diberikan kesempatan untuk memanipulasi benda-benda(alat peraga). Melalui alat peraga, anak akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatikannya itu. Keteraturan tersebut kemudian oleh anak dihubungkan dengan intuitif yang telah lekat pada dirinya. Bruner sangat menyarankan keaktifan siswa dalam proses belajar secara penuh. Lebih disukai lagi bila proses ini berlangsung ditempat yang khusus, yang dilengkapi dengan objek-objek untuk dimanipulasi siswa, misalnya laboratorium.




Bruner mengemukakan bahwa dalam proses belajar, anak melewati 3 tahap, yaitu:
a.      Tahap Enaktif
Suatu tahap pembelajaran dimana materi matematika yang bersifat abstrak dipelajari siswa dengan menggunakan benda-benda konkret. Dengan demikian, topik matematika yang bersifat abstrak ini direpresentasikan atau diwujudkan dalam bentuk benda-benda nyata. Dalam tahap ini anak secara langsung terlihat dalam memanipulasi (mengotak-atik) objek.

b.      Tahap Ikonik
Suatu tahap pembelajaran dimana materi matematika yang bersifat abstrak dipelajari siswa dengan menggunakan ikon, gambar, atau diagram yang menggambarkan kegiatan nyata dengan benda-benda konkret pada tahap enaktif. Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan anak berhubungan dengan mental, yang merupakan gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya. Anak tidak langsung memanipulasi objek seperti yang dilakukan siswa dalam tahap enaktif. Misalnya, sebuah segitiga menyatakan konsep kesegitigaan. Dengan demikian, topik matematika yang bersifat abstrak ini telah direpresentasikan atau diwujudkan dalam bentuk benda-benda nyata yang dapat diamati siswa, lalu direpresentasikan atau diwujudkan dalam gambar atau diagram yang bersifat semi-konkret.


c.       Tahap Simbolik
Suatu tahap pembelajaran dimana materi matematika yang bersifat abstrak dipelajari siswa dengan menggunakan simbol-simbol. Dalam tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-lambang objek tertentu. Anak ini tidak lagi terikat dengan objek-objek pada tahap sebelumnya. Siswa pada tahap ini sudah mampu menggunakan notasi tanpa ketergantugan pada objek riil.
Dari uraian tahapan dalam proses pembelajaran matematika diatas dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran matematika yang bersifat abstrak ini telah diturunkan kadar keabstrakannya dengan direpresentasikan atau diwujudkan dalam bentuk benda-benda nyata yang dapat diamati siswa, lalu direpresentasikan atau diwujudkan dalam ikon (seperti ikon komputer) gambar atau diagram yang bersifat semi-konkret sebelum digunakannya simbol-simbol yang bersifat abstrak.

Dalil cara belajar dan mengajar matematika, terdiri dari:
1.      Dalil penyusunan / konstruksi (construction theorm)
Dalil ini menyatakan bahwa jika siswa ingin mempunyai kemampuan dalam hal menguasai konsep, teorema, definisi dan semacamnya, siswa harus dilatih untuk melakukan penyusunan representasinya. Untuk melekatkan ide atau definisi tertentu dalam pikiran, siswa harus menguasai konsep dengan mencoba dan melakukannya sendiri. Dengan demikian, jika siswa aktif dan terlibat dalam kegiatan mempelajari konsep konsep yang dilakukan dengan jalan memperlihatkan reprsentatif konsep tersebut, maka siswa akan lebih memahami konsep tersebut. Apabila dalam proses perumusan dan penyusunan ide-ide tersebut siswa disertai dengan bantuan benda-benda konkret, maka mereka akan lebih mudah mengingat ide-ide yang dipelajari itu. Siwa akan lebih mudah menerapkan ide dalam situasi riil secara tepat. Dalam tahap ini siswa memperoleh penguatan yang diakibatkan interaksinya dengan benda-benda yang dimanipulasinya. Memori seperti ini bukan sebagai akibat penguatan. Dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya, dalam tahap awal pemahaman konsep diperlukan aktivitas-aktivitas konkret yang mengantar siswa kepada pengertian konsep.
Siswa yang mempelajari konsep perkalian yang didasarkan pada prinsip penjumlahan berulang, maka ia akan lebih memahami konsep tersebut. Terlebih lagi jika siswa tersebut mencoba sendiri menggunakan garis bilangan untuk memperlihatkan proses perkalian tersebut. Sebagai contoh untuk memperlihatkan perkalian 3 x 5, berarti garis bilangan meloncat 3x dengan loncatan sejauh 5 satuan, hasil loncatan tersebut diperiksa, ternyata hasilnya 15. Dengan mengulangi hasil percobaan seperti ini siswa akan benar-benar memahami dengan pengertian yang dalam, bahwa perkalian dasarnya merupakan penjumlahan berulang. Contoh lain, misalnya untuk memahami himpunan kosong, siswa dapat merepresentasikan himpunan kosong dengan rumah kosong, buku kosong atau kantong kosong. Dengan teori ini, ide matematika yang bersifat abstrak menjadi lebih konkret.

2.      Dalil notasi (natation theorm)
Dalil notasi mengungkapkan bahwa dalam penyajian konsep, notasi memegang peranan penting. Notasi yang digunakan dalam menyatakan sebuah konsep tertentu harus disesuaikan dengan tahap perkembangan mental siswa. Ini berarti untuk menyatakan sebuah rumus, notasi yang digunakan harus dapat dipahami oleh siswa, tidak rumit dan mudah dimengerti.
Sebagai contoh, notasi untuk menyatakan fungsi f(x) = 3x-2 menggunakan notasi O = (3 x      ) – 2. Bagi siswa yang mempelajari konsep fungsi lebih lanjut, diberikan notasi fungsi {(x,y) y = 3x – 2, x, y ϵ R }. Contoh lain, misalnya sebelum menggunakan notasi 2log16, sebaiknya guru memfasilitasi siswa dengan menentukan atau mencari suatu bilangan yang jika menjadi pangkat 2 akan menghasilkan 16. Dengan demikian 2log16 = … adalah identik dengan 16 = 2.
Notasi yang diberikan tahap demi tahap ini sifatnya berurutan dari yang paling sederhana sampai yang paling sulit. Penyajian seperti ini dalam matematika merupakan pendekatan spiral. Dalam pendekatan spiral, setiap ide-ide matematika disajikan secara sistematis dengan menggunakan notasi-notasi yang bertingkat. Pada tahap awal notasi ini sederhana, diikuti dengan notasi berikutnya yang lebih kompleks. Notasi yang terakhir, yang mungkin belum dikenal sebelumnya oleh siswa, umumnya merupakan notasi yang akan banyak dugunakan dan diperlukan dalam pembangunan konsep matematika lanjutan.

3.      Dalil Kekontrasan dan Keanekaragaman (contras and variation theorem)
Dalil ini menyatakan bahwa pengontrasan dan keanekaragaman sangat penting dalam memahami konsep secara mendalam. Dalam kegiatan ini, diperlukan contoh-contoh yang banyak, sehingga siswa mampu mengetahui karakteristik konsep tersebut. Siswa perlu diberi contoh yang memenuhi rumusan atau teorema yang diberikan. Selain itu, mereka perlu juga diberi contoh-contoh yang tidak memenuhi rumusan, sifat atau teorema, sehingga diharapkan siswa tidak mengalami salah pengertian terhadap konsep yang sedang dipelajari.
Konsep yang diterangkan dalam contoh dan bukan contoh adalah salah satu cara pengontrasan. Melalui cara ini, siswa akan mudah memahami karakteristik konsep yang diberikan tersebut. Sebagai contoh, untuk menjelaskan pengertian persegi panjang, siswa harus diberikan contoh bujur sangkar, belah ketupat, jajar genjang dan segiempat lainnya selain persegi panjang. Dengan demikian siswa dapat membedakan mana segiempat yang diberikan padanya termasuk persegi panjang atau bukan.
Kanekaragaman juga membantu siswa dalam memahami konsep yang disajikan, karena dapat memberikan belajar bermakna bagi siswa. Misalnya, untuk memperjelas pengertian bilangan prima, siswa perlu diberikan contoh yang banyak dan beranekaragam. Siswa perlu diberikan contoh-contoh bilangan ganjil yang termasuk bilangan prima dan yang bukan. Siswa harus diperlihatkan bahwa tidak semua bilangan ganjil yang termasuk bilangan prima, sebab bilangan tersebut habis dibagi oleh bilangan lain selain oleh bilangan itu sendiri dan oleh satu.
Untuk menjelaskan segitiga siku-siku, siswa perlu diberikan contoh yang gambar-gambarnya tidak selalu tegak dengan sisi miringnya dalam kedudukan miring, tapi perlu juga diberikan gambar dengan sisi miring dalam keadaan mendatar atau membujur. Dengan cara ini siswa terlatih dalam memeriksa apakah segitiga yang diberikan kepadanya tergolong segitiga siku-siku atau bukan.

 











4.      Dalil pengaitan/konektivitas (connectivity theorem)
Dalil ini menyatakan bahwa dalam matematika antara satu konsep dengan konsep yang lainnya terdapat hubungan yang erat, bukan saja dari segi isi, namun juga dari segi rumus-rumus yang digunakan. Materi yang satu dapat menjadi prasyarat bagi yang lainnya, atau suatu konsep tertentu yang diperlukan untuk menjelaskan konsep lainnya. Misalnya konsep Dalil Pythagoras atau membuktikan rumus kuadrat dalam trigonometri.
Guru perlu menjelaskan bagaimana hubungan antara sesuatu yang sedang dijalankan dengan objek atau rumus lain. Apakah hubungan itu dalam kesamaan rumus yang digunakan, sama-sama dapat digunakan dalam bidang atau aplikasi atau dalam hal-hal lainnya. Melalui cara ini, siswa akan mengetahui pentingnya konsep yang sedang dipelajari dan memahami bagaimana kedudukan rumus atau ide yang sedang dipelajarinya itu dalam matematika. Siswa perlu menyadari bagaimana hubungan tersebut, karena antara materi dengan lainnya saling berkaitan.





DAFTAR PUSTAKA

lkpk.org/info/teori-belajar-bruner-muhammad-zainal-abidin-personal-blog.html
lkpk.org/info/teori-perkembangan-kognitif-bruner.html
lkpk.org/info/teori-belajar-kognitif-bruner.html
Suwarsono, 2002. Teori-teori Perkembangan Kognitif dan Proses Pembelajaran yang Relevan Untuk Pembelajaran Matematika. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS).


5 komentar:

  1. Play at Betway Casino with bitcoin, Bitcoin, and more
    Get william hill the best bonuses and betway promotions for Play at Betway Casino. Play at Betway Casino ミスティーノ and get your Welcome Bonus when you join today.

    BalasHapus
  2. JAMU77 Casino | Jamul, MT Casinos & Rooms
    JAMU77 Casino. The 경상남도 출장안마 JAMU77 김제 출장샵 is 영주 출장샵 a high-end casino located in Jamul, MT, which is located 강원도 출장안마 in the mountains 통영 출장안마 of Montana. It offers a large gaming

    BalasHapus
  3. Betway US - the king of wagering | The King of Dealer
    Welcome to Paddy Power Online Sportsbook with fast payouts and amazing customer 카지노 사이트 service. Paddy Power is a leader in horse betting

    BalasHapus
  4. The Complete Poker Guide for Android - DarkGGG
    We have the 쏘걸 complete guide for Android. 카지노 that includes a detailed guide on the poker strategy and how to make your money poker. The tips we picked

    BalasHapus
  5. 3D Online Game - choegomachine
    Play the 3D version of 카지노사이트 the Game for FREE on the official website for free! 카지노 No download and no registration required! Play on the official website of

    BalasHapus