PSIKOLOGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
TEORI PEMBELAJARAN BRUNER
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
1.
RERI SEPRINA ANGGRAINI (1205531)
2.
NADIA ANNISA (1205523)
3.
ELIS MUSLIMAH NURAIDA (1205555)
4.
RAHMI RAHMA YENI (1205526)
5.
AMI (1205565)
6.
RAHAYU ERITA PUTRI (1205515)
DOSEN PEMBIMBING:
DR. ARMIATI,
M.Pd
JURUSAN
MATEMATIKA
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
NEGERI PADANG
2013
TEORI
BRUNER
1.
Mengenai
Pendidikan
Burner
mengemukakan empat hal yang penting mengenai pendidikan, yaitu:
a.
Pentingnya struktur pengetahuan.
Kurikulum
hendaknya mementingkan struktur pengetahuan, karena struktur yang dimiliki guru
dapat membantu siswa untuk melihat bagaimana fakta-fakta yang kelihatannya
tidak ada hubungan, dapat dihubungkan satu dengan yang lainnya dengan informasi
yang telah dimiliki siswa.
b.
Pentingnya kesiapan (readliness) dalam
belajar
Kesiapan terdiri atas
penguasaan keterampilan-keterampilan sederhana, yang dapat membantu seseorang
untuk mencapai keterampilan-keterampilan yang lebih tinggi. Misalnya, untuk
belajar geometri Euclid, siswa diberikan kesempatan untuk membangun
konstruksi-konstruksi yang semakin kompleks dengan menggunakan polygon-poligon.
c.
Pentingnya menekankan nilai instiusi
dalam proses pendidikan
Dengan menggunakan
intuisi, teknik-teknik intelektual dapat sampai pada formulasi-formulasi
tentative (masih dapat berubah-ubah) tanpa melalui langkah-langkah analitis
untuk mengetahui apakah formulasi itu merupakan kesimpulan-kesimpulan yang
sahih atau tidak.
d.
Pentingnya motivasi atau keinginan dalam
belajar
Guru sebaiknya
menyediakan cara-cara untuk merangsang motivasi siswa. Contohnya guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam
menghadapi alamnya. Pengalaman belajar semacam ini merupakan contoh pengalaman
belajar penemuan yang intuitif.
2.
Model
dan Kategori
Pendekatan
Bruner dalam belajar didasarkan pada dua asumsi, yaitu:
a.
Perolehan pengetahuan
Bruner yakin bahwa seseorang yang
belajar berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif, maka perubahan tidak hanya
terjadi pada lingkungan, tetapi juga dalam orang itu sendiri.
b.
Model alam (model of the wold)
Orang mengkonstruksi pengetahuannya dengan
menghubungkan informasi yang baru dengan informasi yang diperoleh
sebelumnya.dengan model ini, orang dapat menyusun hipotesis untuk memasukkan
pengetahuan baru kedalam struktur-strukturnya dengan memperluas
struktur-struktur itu atau dengan mengembangkan struktur atau substruktur baru,
dan untuk mengembangkan harapan-harapan tentang apa yang akan terjadi.
Dalam
berinteraksi dengan lingkungan, orang mengembangkan model dalam (inner mode)
atau system koding untuk menyajikan alam sebagaimana yang diketahuinya.
Pendekatan Bruner dalam belajar dapat diuraikan sebagai suatu pendekatan
kategorisasi. Bruner beranggapan bahwa semua interaksi-interaksi kita dengan
alam melibatkan kategori-kategori yang dibutuhkan bagi pemfungsian manusia.
Dengan adanya system kategori, manusia dapat mengenal objek-objek baru. Hal ini
dikarenakan objek-objek baru memiliki kemiripan dengan objek-objek yang telah
ada dalam sistemsistem kode manusia. Manusia dapat mengklasifikasikan dan
memberikan cirri-ciri tertentu pada benda-benda atau gagasan-gagasan baru.
Dalam kenyataannya, jika seseorang dihadapkan dalam suatu benda baru dan tidak
dapat mengkategorisasikannya dengan cara-cara tertentu, ia tidak dapat
menentukannya, dan tidak dapat menempatkannya di dalam system penyimpanan.
Dari
uraian di atas dapat didimpulkan bahwa belajar merupakan pengembangan
kategori-kategori dan pengembangan suatu system pengkodean. Berbagai
kategori-kategori saling berkaitan sedemikian rupa, sehingga setiap individu
mempunyai model yang unik tentang alam. Dalam model ini, belajar baru dapat
terjadi jika mengubah model itu. Hal ini terjadi melalui pengubahan
kategori-kategori, menghubungkan kategori-kategori atau dengan menambah
kategori-kategori baru.
3.
Belajar
sebagai proses kognitif
Bruner
mengemukakan, bahwa belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir
bersamaan, yaitu:
a.
Memperoleh informasi baru
b.
Transformasi informasi
c.
Menguji relevansi dan ketepatan
pengetahuan
Bruner
menyebut pandangannya tentang belajar atau pertumbuhan kognitif sebagai
konseptualisme instrumental. Pandangan ini berpusat pada dua prinsip, yaitu:
a.
Pengetahuan seseorang tentang alam
didasarkan pada model-model tentang kenyataan yang dibangunnya
b.
Model-model tersebut mula-mula di adopsi
dari kebudayaan seseorang, kemudian diadaptasikan pada kegunaan bagi orang
bersangkutan.
Persepsi
seseorang tentang suatu peristiwa merupakan suatu proses konstruktif. Dalam
menyusun hipotesis, seseorang menghubungkan data indranya pada model yang telah
disusunnya tentang alam, lalu menguji hipotesisnya terhadap sifat-sifat
tambahan dari peristiwa itu. Jadi, seseorang pengamat tidak dipandang sebagai
organism reaktif yang pasif, tetapi sebagai seseorang yang memilih informasi
secara aktif, dan membentuk hipotesis perceptual.
Pendewasaan
pertumbuhan intelektual atau kognitif seseorang, yaitu:
a.
Pertumbuhan intelektual ditunjukkan oleh
bertambahnya ketidaktergantungan respons dari sifat-sifat stimulus.
b.
Pertumbuhan intelektual tergantung pada
bagaimana seseorang menginternalisasi peristiwa-peristiwa menjadi suatu system
simpanan (storage system) yang sesuai dengan lingkungannya.
c.
Pertumbuhan intelekual menyangkut peningkatan
kemampuan seseorang untuk berkata pada dirinya sendiri atau pada orang lain,
dengan pertolongan kata-kata dan symbol-simbol, mengenai apa yang telah
dilakukannya atau akan dilakukannya.
Hampir
semua orang dewasa menggunakan tiga system keterampilan untuk menyatakan
kemampuan-kemampuannya secara sempurna. Ketiga system keterampilan tersebut
adalah tiga cara penyajian (modes of presentation), yaitu:
a.
Enaktif
Cara penyajian efektif ialah melalui
tindakan, sehingga bersifat manipilatif. Dengan cara ini seseorang mengetahui
suatu aspek dari kenyataan tanpa menggunakan pikiran atau kata-kata.
b.
Ikonik
Cara penyajian ikonik didasarkan atas
pikiran internal. Pengetahuan disajikan melalui sekumpulan gabar-gambar yang
mewakili suatu konsep, tetapi tidak mendefinisikan konsep secara keseluruhan.
c.
Simbolik
Mendekati masa adolesensi, bahasa
menjadi makin penting sebagai suatu media berpikir. Seseorang mencapai suatu
transisi dari penggunaan penyajian ikonik yang didasarkan pada penginderaan ke
penggunaan penyajian simbolik yang didasarkan pada system berpikir abstrak,
arbitrer, dan lebih fleksibel.
4.
Belajar
penemuan (discovery learning)
Belajar
penemuan merupakan pencarian pengetahuan secara aktif sehingga memberikan hasil
yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta
pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yag benar-benar
bermakna. Bruner menyarankan siswa hendaknya belajar konsep dan prinsip, serta
dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan melakukan melakukan eksperimen-eksperimen
untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri.
Pengetahuan
yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan beberapa keunggulan.
Pertama, pengetahuan tersebut lama dapat diingat atau lebih mudah diingat, bila
dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari dengan cara-cara lain. Kedua,
hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik dari pada hasil
belajar lainnya. Ketiga, secara menyeluruh belajar penemuan dapat meningkatkan
penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas.
Belajar
penemuan yang murni memerlukan waktu yang lebih banyak. Bruner menyarankan agar
penggunaan belajar penemuan ini hanya diterapkan sampai batas-batas tertentu,
yaitu dengan mengarahkannya pada struktur bidang studi. Struktur suatu bidang
studi terutama diberikan oleh konsep-konsep dasar dan prinsip-prinsip dari
bidang studi itu. Bila seseorang telah menguasai struktur dasar, maka tidak
sulit baginya untuk mempelajari bahan pelajaran lain dalam bidang studi yang
sama, dan ia akan lebih mudah ingat akan bahan baru itu. Hal ini disebabkan
karena ia telah memperoleh kerangka pengetahuan yang bermakna, yang dapat
digunakannya untuk melihat hubungan-hubungan yang esensial dalam bidang studi
itu dan dengan demikian dapat memahami hal-hal yang mendetail.
Menurut
Bruner, mengerti struktur suatu budang studi ilah memahami bidang studi
tersebut sedemikian rupa sehingga dapat menghubungkan hal-hal lain pada
struktur itu secara bermakna.
C. Teori Pengajaran Bruner
Suatu teori pengajaran
hendaknya meliputi:
1.
Pengalaman-pengalaman
optimal bagi siswa untuk dapat belajar
Kondisi
untuk aktivasi ialah adanya suatu tingkat ketidaktentuan yang optimal.
Keingintahuan merupakan suatu respons terhadap ketidaktentuan dan kesangsian.
Suatu tugas yang begitu terperinci menghendaki sedikit penyelidikan; tugas yang
begitu tidak tentu dapat menimbulkan kebingungan dan kecemasan, dengan akibat
mengurangi penyelidikan.
Setelah
penyelidikan teraktifkan, situasi ini dipelihara dengan membuat resiko seminim
mungkin dalam penyelidikan itu. Belajar dengan pertolongan guru seharusnya
kurang mengambil resiko dibandingkan dengan belajar sendiri. Ini berarti, bahwa
akibat membuat kesalahan, menyelidiki alternative-alternatif yang benar dengan
sendirinya besar.
Arah
penyelidikan tergantung pada dua hal yang saling berkaitan, yaitu tujuan dari
tugas yang diberikan sampai batas-batas tertentu harus diketahui, dan sampai
berapa jauh tujuan itu telah tercapai pun harus diketahui.
2.
Penstrukturan
pengetahuan untuk pemahaman optimal
Struktur suatu domain pengetahuan mempunyai tiga ciri,
dan setiap ciri mempengaruhi kemampuan siswa untuk menguasainya. Ketiga ciri
itu adalah cara penyajian, ekonomi, dan kuasa (power). Cara penyajian, ekonomi,
dan kuasa, berbeda bila dihubungkan dengan usia,”gaya” para siswa, dan macam
bidang studi. Cara penyajian itu yaitu enaktif, ikonik, dan simbolik telah
dijelaskan sebelumnya.
Ekonomi
dalam penyajian pengetahuan dihubungkan dengan sejumlah informasi yang dapat
disimpan dalam pikiran, dan proses untuk mencapai pemahaman. Semakin banyak
jumlah informasi yang harus dipelajari siswa untuk memahami sesuatu atau untuk
menangani suatu masalah, maka semakin banyak langkah-langkah yang harus
ditempuh dalam memproses informasi untuk mencapai suatu kesimpulan, dan makin
kurang ekonomi. Ekonomi dapat berubah dengan cara penyajian. Ekonomi semakin
meningkat dengan menggunakan diagram atau gambar. Kuasa dari suatu penyajian
dapat juga diterangkan sebagai kemampuan penyajian itu untuk menghubungkan
hal-hal yang kelihatannya sangat terpisah-pisah.
3.
Perincian
urutan-urutan penyajian materi pelajaran secara optimal
Dalam
mengajar, siswa dibimbing melalui pernyataan-pernyataan dari suatu masalah atau
sekumpulan pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menerima,
mengubah, dan mentransfer apa yang telah dipelajarinya. Jadi, urutan materi
pelajaran dalam suatu domain pengetahuan mempengaruhi kesulitan yang dihadapi
siswa dalam mencapai penguasaan.
Biasanya
ada berbagai urutan yang setara dalam kemudahan dan kesulitan siswa. Tidak ada
satu urutan khas bagi semua siswa dan urutan yang optimal tergantung pada
berbagai faktor. Misalnya belajar sebelumnya, tingkat perkembangan anak, sifat
materi pelajaran dan perbedaan individu.
Dikemukakan
oleh Bruner, bahwa perkembangan intelektual bergerak dari penyajian enaktif ke
penyajian simbolik. Karena itu urutan optimum materi pelajaran juga mengikuti
arah yang sama.
4.
Bentuk
dan pemberian reinforcement
Dalam
teorinya, Bruner mengemukakan bahwa bentuk hadiah atau pujian dan hukuman harus
dipikirkan. Demikian pula bila ujian atau hukuman itu diberikan selama proses
belajar dan mengajar. Secara intuisif, jelas bahwa selama proses pembelajaran
berlangsung, hadiah ekstrinsik bergeser ke hadiah intrinsik. Sebagai hadiah
ekstrinsik misalnya, berupa pujian dari guru, sedangkan hadiah intrinsik timbul
karena berhasil memecahkan masalah. Demikian pula ada kalanya hadiah yang
diberikan secara langsung, harus diganti dengan hadiah yang pemberiannya harus
ditunda atau ditangguhkan. Perlu diperhatikan ketepatan waktu pergeseran dari
hadiah ekstrinsik ke hadiah intrinsik, dari hadiah intrinsik ke hadiah
ekstrinsik, dan dari hadiah langsung ke hadiah yang ditangguhkan.
D. Implikasi dalam Pembelajaran
Matematika
Bruner dalam teorinya
menyatakan bahwa belajar matematika akan berhasil jika proses pengajaran
diarahkan kepada konsep-konsep dan struktur-struktur yang terbuat dalam pokok
bahasan yang diajarkan, disamping hubungan yang terkait antara konsep-konsep
dan struktur-struktur. Dengan mengenal konsep dan struktur yang tercakup dalam
bahan yang sedang dibicarakan, anak akan memahami materi yang harus dikuasainya
itu. Ini menunjukkan bahwa materi yang mempunyai suatu pola atau struktur
tertentu akan lebih mudah dipahami dan diingat.
Melalui teorinya,
Bruner mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya diberikan
kesempatan untuk memanipulasi benda-benda(alat peraga). Melalui alat peraga,
anak akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan pola struktur yang
terdapat dalam benda yang sedang diperhatikannya itu. Keteraturan tersebut
kemudian oleh anak dihubungkan dengan intuitif yang telah lekat pada dirinya.
Bruner sangat menyarankan keaktifan siswa dalam proses belajar secara penuh.
Lebih disukai lagi bila proses ini berlangsung ditempat yang khusus, yang
dilengkapi dengan objek-objek untuk dimanipulasi siswa, misalnya laboratorium.
Bruner mengemukakan bahwa dalam proses
belajar, anak melewati 3 tahap, yaitu:
a. Tahap Enaktif
Suatu
tahap pembelajaran dimana materi matematika yang bersifat abstrak dipelajari
siswa dengan menggunakan benda-benda konkret. Dengan demikian, topik matematika
yang bersifat abstrak ini direpresentasikan atau diwujudkan dalam bentuk
benda-benda nyata. Dalam tahap ini anak secara langsung terlihat dalam
memanipulasi (mengotak-atik) objek.
b. Tahap Ikonik
Suatu
tahap pembelajaran dimana materi matematika yang bersifat abstrak dipelajari
siswa dengan menggunakan ikon, gambar, atau diagram yang menggambarkan kegiatan
nyata dengan benda-benda konkret pada tahap enaktif. Dalam tahap ini kegiatan
yang dilakukan anak berhubungan dengan mental, yang merupakan gambaran dari
objek-objek yang dimanipulasinya. Anak tidak langsung memanipulasi objek
seperti yang dilakukan siswa dalam tahap enaktif. Misalnya, sebuah segitiga
menyatakan konsep kesegitigaan. Dengan demikian, topik matematika yang bersifat
abstrak ini telah direpresentasikan atau diwujudkan dalam bentuk benda-benda
nyata yang dapat diamati siswa, lalu direpresentasikan atau diwujudkan dalam
gambar atau diagram yang bersifat semi-konkret.
c. Tahap Simbolik
Suatu
tahap pembelajaran dimana materi matematika yang bersifat abstrak dipelajari
siswa dengan menggunakan simbol-simbol. Dalam tahap ini anak memanipulasi
simbol-simbol atau lambang-lambang objek tertentu. Anak ini tidak lagi terikat
dengan objek-objek pada tahap sebelumnya. Siswa pada tahap ini sudah mampu
menggunakan notasi tanpa ketergantugan pada objek riil.
Dari uraian tahapan
dalam proses pembelajaran matematika diatas dapat disimpulkan bahwa proses
pembelajaran matematika yang bersifat abstrak ini telah diturunkan kadar
keabstrakannya dengan direpresentasikan atau diwujudkan dalam bentuk
benda-benda nyata yang dapat diamati siswa, lalu direpresentasikan atau
diwujudkan dalam ikon (seperti ikon komputer) gambar atau diagram yang bersifat
semi-konkret sebelum digunakannya simbol-simbol yang bersifat abstrak.
Dalil cara belajar dan mengajar
matematika, terdiri dari:
1. Dalil penyusunan / konstruksi (construction theorm)
Dalil
ini menyatakan bahwa jika siswa ingin mempunyai kemampuan dalam hal menguasai
konsep, teorema, definisi dan semacamnya, siswa harus dilatih untuk melakukan
penyusunan representasinya. Untuk melekatkan ide atau definisi tertentu dalam
pikiran, siswa harus menguasai konsep dengan mencoba dan melakukannya sendiri.
Dengan demikian, jika siswa aktif dan terlibat dalam kegiatan mempelajari
konsep konsep yang dilakukan dengan jalan memperlihatkan reprsentatif konsep
tersebut, maka siswa akan lebih memahami konsep tersebut. Apabila dalam proses
perumusan dan penyusunan ide-ide tersebut siswa disertai dengan bantuan
benda-benda konkret, maka mereka akan lebih mudah mengingat ide-ide yang
dipelajari itu. Siwa akan lebih mudah menerapkan ide dalam situasi riil secara
tepat. Dalam tahap ini siswa memperoleh penguatan yang diakibatkan interaksinya
dengan benda-benda yang dimanipulasinya. Memori seperti ini bukan sebagai
akibat penguatan. Dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya, dalam tahap awal
pemahaman konsep diperlukan aktivitas-aktivitas konkret yang mengantar siswa
kepada pengertian konsep.
Siswa
yang mempelajari konsep perkalian yang didasarkan pada prinsip penjumlahan
berulang, maka ia akan lebih memahami konsep tersebut. Terlebih lagi jika siswa
tersebut mencoba sendiri menggunakan garis bilangan untuk memperlihatkan proses
perkalian tersebut. Sebagai contoh untuk memperlihatkan perkalian 3 x 5,
berarti garis bilangan meloncat 3x dengan loncatan sejauh 5 satuan, hasil
loncatan tersebut diperiksa, ternyata hasilnya 15. Dengan mengulangi hasil
percobaan seperti ini siswa akan benar-benar memahami dengan pengertian yang
dalam, bahwa perkalian dasarnya merupakan penjumlahan berulang. Contoh lain,
misalnya untuk memahami himpunan kosong, siswa dapat merepresentasikan himpunan
kosong dengan rumah kosong, buku kosong atau kantong kosong. Dengan teori ini,
ide matematika yang bersifat abstrak menjadi lebih konkret.
2. Dalil notasi (natation theorm)
Dalil notasi mengungkapkan bahwa dalam penyajian
konsep, notasi memegang peranan penting. Notasi yang digunakan dalam menyatakan
sebuah konsep tertentu harus disesuaikan dengan tahap perkembangan mental
siswa. Ini berarti untuk menyatakan sebuah rumus, notasi yang digunakan harus
dapat dipahami oleh siswa, tidak rumit dan mudah dimengerti.
Sebagai contoh, notasi
untuk menyatakan fungsi f(x) = 3x-2 menggunakan notasi O = (3 x ) – 2. Bagi siswa yang mempelajari konsep
fungsi lebih lanjut, diberikan notasi fungsi {(x,y) y = 3x – 2, x, y ϵ R }.
Contoh lain, misalnya sebelum menggunakan notasi 2log16, sebaiknya
guru memfasilitasi siswa dengan menentukan atau mencari suatu bilangan yang
jika menjadi pangkat 2 akan menghasilkan 16. Dengan demikian 2log16
= … adalah identik dengan 16 = 2….
Notasi yang diberikan tahap demi tahap ini sifatnya
berurutan dari yang paling sederhana sampai yang paling sulit. Penyajian
seperti ini dalam matematika merupakan pendekatan spiral. Dalam pendekatan
spiral, setiap ide-ide matematika disajikan secara sistematis dengan
menggunakan notasi-notasi yang bertingkat. Pada tahap awal notasi ini
sederhana, diikuti dengan notasi berikutnya yang lebih kompleks. Notasi yang
terakhir, yang mungkin belum dikenal sebelumnya oleh siswa, umumnya merupakan
notasi yang akan banyak dugunakan dan diperlukan dalam pembangunan konsep
matematika lanjutan.
3. Dalil Kekontrasan dan Keanekaragaman
(contras and variation theorem)
Dalil ini menyatakan bahwa pengontrasan dan
keanekaragaman sangat penting dalam memahami konsep secara mendalam. Dalam
kegiatan ini, diperlukan contoh-contoh yang banyak, sehingga siswa mampu
mengetahui karakteristik konsep tersebut. Siswa perlu diberi contoh yang
memenuhi rumusan atau teorema yang diberikan. Selain itu, mereka perlu juga
diberi contoh-contoh yang tidak memenuhi rumusan, sifat atau teorema, sehingga
diharapkan siswa tidak mengalami salah pengertian terhadap konsep yang sedang
dipelajari.
Konsep yang diterangkan dalam contoh dan bukan
contoh adalah salah satu cara pengontrasan. Melalui cara ini, siswa akan mudah
memahami karakteristik konsep yang diberikan tersebut. Sebagai contoh, untuk
menjelaskan pengertian persegi panjang, siswa harus diberikan contoh bujur
sangkar, belah ketupat, jajar genjang dan segiempat lainnya selain persegi
panjang. Dengan demikian siswa dapat membedakan mana segiempat yang diberikan
padanya termasuk persegi panjang atau bukan.
Kanekaragaman juga membantu siswa dalam memahami
konsep yang disajikan, karena dapat memberikan belajar bermakna bagi siswa.
Misalnya, untuk memperjelas pengertian bilangan prima, siswa perlu diberikan
contoh yang banyak dan beranekaragam. Siswa perlu diberikan contoh-contoh
bilangan ganjil yang termasuk bilangan prima dan yang bukan. Siswa harus
diperlihatkan bahwa tidak semua bilangan ganjil yang termasuk bilangan prima,
sebab bilangan tersebut habis dibagi oleh bilangan lain selain oleh bilangan
itu sendiri dan oleh satu.
Untuk menjelaskan segitiga siku-siku, siswa perlu
diberikan contoh yang gambar-gambarnya tidak selalu tegak dengan sisi miringnya
dalam kedudukan miring, tapi perlu juga diberikan gambar dengan sisi miring
dalam keadaan mendatar atau membujur. Dengan cara ini siswa terlatih dalam
memeriksa apakah segitiga yang diberikan kepadanya tergolong segitiga siku-siku
atau bukan.
4. Dalil pengaitan/konektivitas
(connectivity theorem)
Dalil ini menyatakan bahwa dalam matematika antara
satu konsep dengan konsep yang lainnya terdapat hubungan yang erat, bukan saja
dari segi isi, namun juga dari segi rumus-rumus yang digunakan. Materi yang
satu dapat menjadi prasyarat bagi yang lainnya, atau suatu konsep tertentu yang
diperlukan untuk menjelaskan konsep lainnya. Misalnya konsep Dalil Pythagoras atau membuktikan rumus
kuadrat dalam trigonometri.
Guru perlu menjelaskan bagaimana hubungan antara
sesuatu yang sedang dijalankan dengan objek atau rumus lain. Apakah hubungan
itu dalam kesamaan rumus yang digunakan, sama-sama dapat digunakan dalam bidang
atau aplikasi atau dalam hal-hal lainnya. Melalui cara ini, siswa akan
mengetahui pentingnya konsep yang sedang dipelajari dan memahami bagaimana kedudukan
rumus atau ide yang sedang dipelajarinya itu dalam matematika. Siswa perlu
menyadari bagaimana hubungan tersebut, karena antara materi dengan lainnya
saling berkaitan.
DAFTAR PUSTAKA
lkpk.org/info/teori-belajar-bruner-muhammad-zainal-abidin-personal-blog.html
lkpk.org/info/teori-perkembangan-kognitif-bruner.html
lkpk.org/info/teori-belajar-kognitif-bruner.html
Suwarsono, 2002. Teori-teori
Perkembangan Kognitif dan Proses Pembelajaran yang Relevan Untuk Pembelajaran
Matematika. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS).
Play at Betway Casino with bitcoin, Bitcoin, and more
BalasHapusGet william hill the best bonuses and betway promotions for Play at Betway Casino. Play at Betway Casino ミスティーノ and get your Welcome Bonus when you join today.
JAMU77 Casino | Jamul, MT Casinos & Rooms
BalasHapusJAMU77 Casino. The 경상남도 출장안마 JAMU77 김제 출장샵 is 영주 출장샵 a high-end casino located in Jamul, MT, which is located 강원도 출장안마 in the mountains 통영 출장안마 of Montana. It offers a large gaming
Betway US - the king of wagering | The King of Dealer
BalasHapusWelcome to Paddy Power Online Sportsbook with fast payouts and amazing customer 카지노 사이트 service. Paddy Power is a leader in horse betting
The Complete Poker Guide for Android - DarkGGG
BalasHapusWe have the 쏘걸 complete guide for Android. 카지노 that includes a detailed guide on the poker strategy and how to make your money poker. The tips we picked
3D Online Game - choegomachine
BalasHapusPlay the 3D version of 카지노사이트 the Game for FREE on the official website for free! 카지노 No download and no registration required! Play on the official website of